Semangkuk ketan durian ala Warung Nggunung |
Hari telah sore di Wonosalam,
Jombang, Jawa Timur. Sore itu saya dan keluarga dalam perjalanan pulang usai
menjenguk saudara di Panglungan (masih wilayah Wonosalam, red). Tak seperti
saat berangkat yang lebih banyak jalur menanjak, perjalanan pulang terasa lebih
mudah dengan jalur menurun. Kadang belok, tikungan tajam, dan jalan menurun
yang mendebarkan. Indahnya pemandangan, dan hijaunya pepohonan di sepanjang
jalur yang dilalui, ditambah sejuknya udara, membuat perjalanan menjadi nyaman.
Kurang lebih 20 menit berkendara,
perut mulai terasa lapar. Bukannya belum makan, mungkin pengaruh cuaca yang
dingin cenderung sejuk, membuat perut protes minta jatah terus. Awalnya kami
ingin berhenti makan dan minum di Warung Pojok, Desa Sumberjo, yang terkenal
dengan kopi luwak dan pemandangan pegunungan dari dalam warung. Namun, karena
ramainya pengunjung, kami pun mengurungkan niat, dan kembali melanjutkan
perjalanan. Saat itu, ada sedikit gurat kekecewaan terlihat di wajah salah satu
anggota keluarga. Sebab, rencana ngopi luwak memang jadi target setelah
silaturahim ke rumah saudara. Padahal, saat itu kendaraan sudah terparkir di
depan warung.
Dengan berat hati kami
melanjutkan perjalanan, tak lama di sisi kanan jalan terlihat sejumlah mobil
dan motor parkir di pinggir jalan, pas di depan sebuah warung. Kami terus
melintas sambil menengok ada apa gerangan? “Itu warung nasi jagung dan ketan
durian, Mas,” celetuk salah seorang di antara kami, memecah rasa penasaran. Kami
pun berhenti beberapa meter dari warung yang sudah kami lewati, dan memutuskan
memutar balik untuk istirahat makan dan minum. Yaa, semoga bisa jadi penebus
kegagalan ngopi luwak di warung pojok, tadi.
Mobil dan motor parkir di halaman Warung Nggunung |
Kondisi Warung Nggunung, begitu
nama yang tertera di banner depan warung, tak jauh beda dengan warung
pojok: ramai. Mungkin, karena akhir pekan, sehingga banyak masyarakat yang
berlibur mencari udara segar, suasana baru, dan pindah lokasi makan.
Usai
parkir, mata kami menyusuri seluruh area warung, baik di dalam maupun di luar.
Hmm, tak ada meja kosong. Semua masih terisi. Baik di dalam maupun di luar.
Padahal lokasinya lumayan luas. Ada yang lesehan, ada pula yang makan di kursi
dengan meja kayu jati. Beruntung, sepasang suami istri ditemani seorang anaknya
beranjak pergi. Dengan sigap dan cekatan, kami langsung menduduki bangku
panjang yang terbuat dari bambu yang dipelitur, beserta meja panjang berbahan
kayu jati. Di belakang kami ada sungai kecil dengan gemericik airnya, serta
rindangnya pohon bambu. Hmmm, sejuk dan segar.
Pepohonan di Wonosalam |
Secara geografis, lokasi
Wonosalam, wilayah paling selatan Kabupaten Jombang ini, berada di kaki dan
lereng Gunung Anjasmoro, atau sekira 500-600 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Cukup sejuk bukan. Tak ayal, wilayah Wonosalam dengan segala kekayaan
alamnya, kini ramai jadi tujuan wisata masyarakat sekitar, dan luar kota.
Terutama mereka yang suka dengan wisata alam.
Tak hanya tempat duduk yang
antre, untuk pesan makan pun kita harus antre juga. Luar biasa! Tapi, demi hangatnya
semangkuk ketan durian, menunggu tak jadi masalah. Kurang lebih 15 menit,
datanglah pesanan kami. Empat mangkuk ketan durian, dan dua porsi nasi jagung.
Jadi, tunggu apa lagi? Kita santaplah kedua makanan tersebut. Dalam seporsi
ketan durian, ada ketan dan sebiji daging durian beserta isinya, dengan kuah
santan yang tak begitu kental. Perpaduan ketan durian dan kuah santannya yang hangat memunculkan rasa yang sensasional
saat mendarat di lidah. Mantap! Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan seporsi
ketan durian tersebut. Anda yang suka dingin, boleh ditambahkan dengan es batu.
Ada yang hanya memesan ketan
durian. Sementara yang perutnya sedikit lebih longgar, memesan seporsi nasi
jagung dan semangkuk ketan durian. Karena ramainya pengunjung, sore itu sang
pemilik warung kehabisan nasi jagung, dan memasak lagi. Entah yang ke berapa
kali?
Usai menyantap semua hidangan
yang ada di meja hingga tak bersisa kecuali piring dan mangkuk. Kami tak
langsung angkat kaki. Punggung kami sandarkan, sembari menghirup segarnya udara
sekitar. Menikmati hijaunya pemandangan, serta mendengarkan gemericik aliran
air di sungai kecil yang tepat ada di bawah kami. Menenangkan. Apalagi dengan
kondisi perut yang kenyang.
Motor dan mobil pengunjung Warung Nggunung |
Hari semakin sore, pengunjung
datang terus silih berganti. Ada yang naik motor. Banyak pula yang bawa mobil.
Ada yang berswafoto, ada pula yang memotret menu makanannya sebelum disantap.
Kami pun bersiap pergi. Untuk semua makanan yang kami makan, serta segelas kopi
panas, pemilik warung menarik Rp55 ribu. Harga semangkuk ketan durian Rp7 ribu.
Tak terlalu mahal atau murah. Namun, wajib dicoba jika Anda berlibur ke sini.
Warung Nggunung, berada di Desa
Jatirejo, Wonosalam. Lokasinya cukup mudah dicari, karena berada di pinggir
jalan, dengan banner nama yang besar. Jika Anda dari arah Surabaya, atau
Mojokerto bisa menuju ke arah pertigaan Telkom Mojoagung, kemudian belok kiri
menuju ke Wonosalam. Anda bisa bertanya di tengah jalan, atau bisa juga gunakan
google maps. Mudah kok. Baiklah, selamat mencoba.
Comments
Post a Comment