Ukuran potongan kikil atau kaki sapi dalam seporsi lontong kikil cukup besar, jumlahnya tak terlalu sedikit. Lontongnya empuk, dan lembut, tidak keras.
"Sebenarnya saya sudah waktunya istirahat, Mas. Tapi, mau gimana lagi, masih belum ada yang meneruskan usaha ini," tutur Suroto. Punggungnya disandarkan. Matanya menerawang jauh. Entah apa yang dipikirkannya?
Seporsi lontong kikil Pak Suroto. Sebagian di perut. Hihi |
"Sebenarnya saya sudah waktunya istirahat, Mas. Tapi, mau gimana lagi, masih belum ada yang meneruskan usaha ini," tutur Suroto. Punggungnya disandarkan. Matanya menerawang jauh. Entah apa yang dipikirkannya?
Usaha kuliner yang dimaksud Suroto, adalah berjualan lontong kikil. Pria berusia 60 tahun lebih ini merupakan generasi kedua di keluarganya, yang berjualan lontong kikil. Sebelum berjualan sendiri, ia terlebih dulu membantu bapaknya yang juga berjualan lontong kikil di terminal lama Jombang, Jawa Timur. Suroto menyebutnya sebagai 'kenek'. itu ia lakukan sejak remaja.
Pada tahun 1990an, bapaknya meninggal. Ia lantas meneruskan usaha keluarganya tersebut hingga sekarang. Sekira 2012, lokasi jualannya pindah ke perempatan Dusun Dapurno, sebelah barat balai Desa Dapurkejambon, kurang lebih 1 kilometer dari lokasi lama. Alasannya antara lain, karena terminal direlokasi oleh pemerintah setempat.
Di tempat baru ini, bapak 3 anak ini sudah berjualan selama lima tahun. Dari sore sekira jam 16.00 WIB hingga 21.00. Jika sedang laris, tak sampai pukul 21.00, dagangannya sudah habis.
Suroto menceritakan, semua pekerjaan ia kerjakan bersama istrinya, yang juga sudah tak lagi muda. Pagi hari, ia sudah ke pasar, memasak dan menyiapkan segala sesuatunya, hingga sore waktu berdagang tiba.
Penulis sendiri sudah lupa berapa kali makan di warung lontong kikil Pak Suroto. Meski lupa jumlah, tapi tidak soal rasa. Urusan rasa, lontong kikil Pak Suroto boleh diadu. Porsinya pun bikin celana berasa sesak, namun tak bikin kantong cekak. Hanya Rp12.000 per mangkuk.
Ukuran potongan kikil atau kaki sapi dalam seporsi lontong kikil cukup besar, dengan jumlah tak terlalu sedikit. Lontongnya empuk, dan lembut, tidak keras. Kuah kaldunya berasa dan kental. Jika ingin lebih pedas, bisa ditambah sambal dan potongan jeruk nipis yang sudah disediakan di meja warung. Dijamin makin nendang.
Gerobak Pak Suroto. Komplet beserta lontong dan temannya |
Jika ingin berwisata kuliner dan mencicipi lontong kikil Pak Suroto, baiknya ke sana sore hari atau sebelum Isya. Sebab, penulis sendiri pernah kecele saat datang sekira pukul 8 malam. Yang didapat adalah panci kosong. Pembeli yang datang tak hanya warga desa sekitar, banyak pula yang dari luar desa.
Setengah abad lebih Suroto berjualan lontong kikil. Anak-anaknya kadang turut membantu. Namun, tidak satu orang pun dari ketiga anaknya yang bersedia meneruskan usaha tersebut. Bahkan, istrinya yang lebih sering terlihat membantu di warung. Kebimbangan ini yang kini ia rasakan. Entah sampai kapan ia akan berjualan? Suroto berharap anak-anaknya mau meneruskan usaha yang sudah turun-temurun ini.
Comments
Post a Comment