Kue Apem 500 Rupiah Buatan Nenek Suratini

Nenek Suratini tengah membalik apem

Geraklangkahkaki, Jogja- Namanya Suratini, penjual kue tradisional apem di trotoar Jalan R. E. Martadinata, Yogyakarta. Pekerjaan ini dilakoninya sudah puluhan tahun. Kurang lebih 20 tahun lamanya. Sebelum berjualan di trotoar, perempuan yang usianya sekira 75 tahunan ini berdagang di Pasar Serangan, tak jauh dari tempatnya jualannya saat ini.

“Setelah ada penertiban, saya jualan di sini,” tuturnya dengan bahasa Jawa.

Tangan nenek Suratini menuangkan adonan

Usia tua tak menyurutkan semangatnya bekerja mencari nafkah. Berbekal peralatan sederhana, janda Budi Suprayitno ini, terus menekuni profesinya yang telah lama dijalani. Kue apem buatannya dihargai Rp500 per biji. Apem dicetak dengan loyang besi berbentuk bulat-bulat kecil, di atas bara arang.

Sembari duduk bersimpuh, dengan telaten, loyang cetakan apem ia tuangi adonan apem, dan membaliknya satu per satu kala sisi lainnya sudah matang. Sebelum dituangi adonan, loyang terlebih dulu diolesi dengan minyak goreng agar tidak lengket. Apem yang sudah matang ia letakkan di tampah, yang ada di depannya.

Rasa apem buatannya benar-benar original, tak seperti apem modern yang selama ini banyak dibuat, dengan aneka toping-nya. Tepat di trotoar yang jadi lapaknya adalah ruko penjual Serabi Durian. Tapi, apem ibu empat anak ini tentu bukanlah tandingan serabi durian, meski ia berjualan di depannya. Toh, serabi durian tak buka di saat pagi.

Apem buatan nenek Suratini

Lalu-lalang pejalan kaki yang melintasi trotoar tak dihiraukannya. Tak jarang keberadaannya jadi bidikan kamera wisatawan, atau orang-orang yang melintas di kawasan itu. 

“Kadang ada yang ngambil foto saya dari jauh, ada yang diam-diam,” ungkapnya pagi itu, Sabtu, 10 September 2016.

Agak sulit berbincang dengan nenek Suratini. Menurut orang-orang di sekitar ia berjualan, pendengarannya tak begitu baik. Mungkin juga karena faktor usia. Meski begitu, perjuangannya bertahan hidup, layak dijadikan contoh.