Kopi Kapal Api, Aku, dan Istriku

Secangkir semangat, Kopi Kapal Api

“Jangan banyak-banyak kopinya, Mas. Dua cangkir saja. Kesehatannya dijaga.” Nasihat ini sering disampaikan istriku, tiap kali melihat aku menuangkan bubuk kopi Kapal Api ke coffee press ukuran 400 mililiter, berwarna hitam, dengan tabung berbahan kaca.

Coffee press ini aku dapat, dua atau tiga tahun lalu, saat Kapal Api membuat promo paket penjualan kopi dengan coffee press di dalamnya. Seingatku harganya sekira Rp40 – 45 ribu per paket. Aku lupa tepatnya. Tiga paket kopi Kapal Api dengan coffee press aku beli saat itu. Satu aku pakai sendiri. Satu lagi aku kirimkan ke kakakku yang berada di  Sumatera Selatan. Satu lagi, ehm … aku jual.

Yang terakhir saya sebutkan, adalah insting. Tiap ada sesuatu yang murah dan bisa dijual, pasti aku beli lebih dari satu. Termasuk paket Kopi Kapal Api dan coffee press di dalamnya. Ketika melintasi rak yang berisi berbagai merek kopi di sebuah supermarket, langkahku terhenti manakala melihat kemasan Kapal Api yang tidak biasa, dan dengan ukuran yang tak biasa pula. Benarlah, ternyata ada tawaran yang sulit ditolak para penggemar kopi, saat melihat dua bungkus kopi Kapal Api isi 165 gram, plus sepuluh sachet kopi Kapal Api less sugar, dan coffee press di dalam satu kotak. Jadilah, aku membeli tiga paket.


Kapal Api Rasa Mantap dan Coffee Press Kapal Api

Alat seduh kopi manual yang paling sederhana tersebut, aku pakai hingga sekarang. Meski, di bagian sisi kirinya kini telah retak. Setidaknya, masih berfungsi. Pernah aku coba untuk membeli lagi, bahkan sampai menanyakan ke teman, dan pegawai minimarket, ternyata habis. Memang banyak dijual online, dengan banyak variasi ukuran, dan merek. Namun, coffee press yang dijual dengan paket dengan Kapal Api, terasa berbeda bagiku. Terutama, bagi penikmat kopi hitam. Aku pun jadi bertanya, kapan ada promo serupa lagi?

Setelah air dalam wadah panci bergagang mendidih, aku biarkan tak kurang dari semenit. Kemudian, aku menuangnya perlahan ke dalam coffee press yang sudah berisi bubuk kopi Kapal Api Rasa Mantap, hingga sampai sejajar dengan gagang. Cara ini aku ketahui setelah membaca artikel tentang bagaimana menyeduh kopi yang baik. Yaa …, meski bukan seorang barista atau pembuat kopi di cafe – cafe terkenal, pengetahuan dasar ini sudah seharusnya aku kuasai. Tak lain, demi menikmati secangkir kopi yang enak.


Secangkir kopi Kapal Api di meja kerja

Mengapa sebaiknya tidak menyeduh kopi dengan air mendidih? Sebab, hal tersebut bisa membuat rasa kopi menjadi lebih pahit. Suhu yang baik, adalah 90 -96 derajat celcius. Tapi, lagi – lagi kita bukanlah barista, tentu jarang pegang termometer. Lantas, bagaimana caranya? Seperti yang saya lakukan tadi, membiarkan sebentar air yang telah mendidih, kemudian menuangnya ke bubuk kopi yang sudah kita siapkan sebelumnya.

Aku menuju ke meja, di mana terdapat laptopku di sana. Setelah mencolokkan kabel laptop ke soket listrik, tombol power  yang ada komputer jinjing itu aku pencet dengan jari telunjuk. Coffee press berisi kopi Kapal Api Rasa Mantap, yang baru aku tuangi air panas, aku letakkan di sebelah kanan laptop. Jaraknya sekitar 10 sentimeter. Juga cangkir keramik kosong. Ini sudah menjadi kebiasaanku. Di mana ada laptop, di situ pasti ada kopi Kapal Api. Entah sudah berapa lama? Yang jelas selalu ada kopi setiap aku mengerjakan tugas, atau saat akan mengisi blog, seperti hari ini. Tak lengkap rasanya beraktivitas tanpa secangkir kopi di meja.

Aneka produk kopi Kapal Api (Foto: Pribadi)

Dari semua produk Kapal Api buatan PT Santos Jaya Abadi, secara pribadi aku lebih suka kopi bubuk murni. Entah itu kopi Kapal Api Lampung, Rasa Mantap, Special, atau kopi bubuk murni lainnya, yang tidak saya hafal. Racikan yang lain milik perusahaan yang berlokasi di Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, ini, rata – rata sudah aku coba. Kopi Kapal Api Grande, Kopi Susu, Grande White Coffee with Choco Toping, Special Mix, hingga Kapal Api yang Less Sugar. Aku bahkan menyetoknya di rumah, untuk jaga – jaga jika ada teman, atau tetangga yang datang ke rumah. Mereka bisa tinggal pilih sesuai yang disuka: Kopi Kapal Api Grande, Kopi Susu, Grande White Coffee with Choco Toping, Special Mix, atau Kapal Api Less Sugar. Kadang, aku suka berpikir, rumahku seperti warung kopi, karena menyediakan aneka kopi sachet. Tapi, bukankah tuan rumah yang baik adalah yang bisa memuliakan tamunya?


Kadang, aku juga mencoba kopi bubuk lain selain Kapal Api. Walaupun, ujung – ujungnya akan kembali lagi. Rasanya sudah jelas lebih enak. Dan tidak perlu diragukan lagi, karena sudah sejak lama menemani masyarakat Indonesia. Dalam sehari aku bisa menghabiskan tiga hingga empat cangkir kopi hitam tanpa gula. Jika ingin sedikit manis, aku tambahkan gula merah atau brown sugar di dalamnya. Saat malam hari, biasanya di atas jam sepuluh malam, aku mencampurnya dengan susu cair segar. Sempurna! Dengan sedikit kreatifitas, kopi yang enak bisa jelas jadi lebih enak.


Secangkir kopi, secangkir semangat

Selain kopi Kapal Api yang ada di meja kerja, istriku juga sering berada di dekatku, menemaniku yang tengah sibuk di depan layar laptop. Hal itu biasa ia lakukan saat pekerjaan rumah, seperti memasak, sudah selesai dikerjakan. Berhubung pendamping hidupku ini sering menasihatiku agar tidak terlalu banyak mengonsumsi kopi dalam tiap harinya, aku pun membacakannya sebuah artikel terbaru tentang riset efek kesehatan dari kopi yang dilakukan periset Spanyol. Mengutip Tempo.co, periset Spanyol dari Rumah Sakit de Navarra di Pamplona, mempelajari data 20 ribu orang untuk mengetahui efek kesehatan dari kopi. Hasilnya, penelitian yang dilakukan selama periode waktu 10 tahun tersebut menyatakan, minum kopi dapat mengurangi risiko kematian seseorang sebesar 64 persen. Bahkan, bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun, bisa menurunkan risiko kematian hingga 30 persen, dengan 2 cangkir ekstra per hari. Kopi memiliki nutrisi yang baik, dan bermanfaat bagi kesehatan orang - orang yang meminumnya teratur.


Kopi Kapal Api (Foto: Pribadi)

Nampaknya, artikel yang saya bacakan berdampak langsung, setelah saya membacakan artikel dengan suara sedikit keras. Perempuan yang sudah menemaniku delapan tahun ini, lantas pergi ke dapur, mengambil cangkir, dan menuangkan kopi yang ada di coffee press ke dalam cangkir kosongnya. Ia tak menuang penuh, hanya setengah cangkir, yang berukuran kurang lebih 100 mililiter. Tapi, walau bagaimanapun, wanita tetaplah wanita, meski minum kopi, kecantikan dan berat badan tetap juga harus diperhatikan. Ini terlihat dari tidak ditambahkannya gula di dalam cangkir kopi istriku. Sebab, ia beranggapan, gula merupakan salah satu faktor penyebab tubuh menjadi gendut.

Malam harinya, ia tidak bisa tidur sementara aku masih sibuk mengetik di depan laptop. Alhasil, besoknya bangun kesiangan. “Bisa jadi karena efek kopi, jadi sulit tidur,” kataku saat itu, yang langsung diiyakannya. Wajar saja, karena kopi Kapal Api dibuat dari biji - biji kopi yang terpilih, kemudian diproses secara teliti dan terstandarisasi, dengan didukung para ahli yang pakar di bidang perkopian. 




Dua atau tiga hari setelahnya, saat aku sibuk membuat kopi di dapur, istriku mengatakan,”Mas, tolong buatin kopi tanpa gula. Tapi, bubuknya dikit saja, atau kopi pyur.” Aku pun dengan senang hati membuatkan sesuai dengan permintaannya. Ya, tentu saja, tak ada kegembiraan selain bisa bercanda, bercerita, sembari menikmati tiap tetes kopi Kapal Api yang ada di cangkir bersama istri terkasih. Jelas lebih enak

Itu tadi adalah #KapalApiPunyaCerita milikku.



Comments

Post a Comment

Popular Posts

Kum-kum Sinden, Ritual Wisuda Para Pesinden

New Star Cineplex, Bioskop Baru Idola Warga Jombang

Semangkuk Ketan Durian di Kaki Gunung Anjasmoro

Menyantap Gurihnya Ikan Asap di Atas Hamparan Pasir Putih

Daftar 34 Dinas Pariwisata Provinsi se-Indonesia, Beserta Alamat, No. Tlp, Email, dan Website-nya

Berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

Wedang Ronde dan Ayam Betutu di Malioboro

Barang-barang yang Harus Dibawa Saat Berlibur

237 Embassies and Consulates In Indonesia, Traveller Must Know

SEGARNYA DAWET IRENG MAS FACHRI