Olahan Daging Menthok yang...




Semangkuk Soto Menthok. (Foto Pribadi)
Haii…apa kabar semuanya? Lama enggak jumpa, semoga semua sehat dan tak kurang satu apapun. Aamiin. Tak terasa hampir sebulan lebih enggak nulis di blog. Sibuk? Tidak juga. Atau kehabisan ide? Itu juga tidak. Lantas? Hmmm, apa ya? Nunggu wangsit kali yaa. Gubrakkk…Sudah dulu ya becanda dan say hello-nya (mulai serius). 

Oya, ada yang pernah mencicip Nasi Menthok? Jujur! Yakin, pasti banyak yang belum coba? Atau jangan-jangan belum pernah kenalan sama si Menthok? Buset, rugi bener. Si Menthok ini Bro n Sist, masih saudara-an sama bebek. Mungkin saudara jauh. Sejauh mana? Kira-kira sejauh aku dan kamu. Cieee. Tapi intinya mereka sama-sama unggasnya. 

Penulis sendiri baru beberapa kali menyantap daging Menthok akhir tahun lalu saat berlibur ke Kota Pendidikan: Yogyakarta. Kebetulan waktu itu diolah dalam dua variasi menu: rica-rica, dan soto menthok. Awalnya, hanya karena rasa penasaran, karena belum pernah mencoba. Terus, ketagihan? Enggak juga sih. Hanya ingin mencoba. Soal rasa, semua punya penilaian masing-masing. 

Daging menthok, beda rasanya dengan daging ayam (ya iyalah), sedikit mendekati rasa daging bebek. Rasanya juga gurih. Usut punya usut, enggak semua orang bisa memasak daging menthok. Jika salah, akan ada aroma “khasnya” yang masih akan terbawa saat sudah diolah, dan disajikan. Aroma “khas” ini tentu Anda ingat saat makan olahan daging kambing, jika kurang ahli, pastilah aroma “khasnya” masih terbawa. Dan jelas akan memengaruhi selera.
 
Harga menu olahan Menthok. Itu yang lagi melamun bukan penulis ya.
Dari dua olahan masakan daging menthok yang penulis cicipi: soto dan rica-rica menthok. Rica-rica menthok-lah yang lebih cocok untuk olahan daging ini. Meski soto-nya pun tak kalah. Mungkin selisih satu angka, jika dinilai dari 1-10. Apa karena bumbunya? Bisa jadi. Sebab, saat itu daging menthok yang sudah dipotong berbaur menjadi satu dengan bumbu rica-rica pedas tanpa level. Sedangkan saat diolah menjadi soto, meski dagingnya empuk, lidah penulis masih kurang familiar. Dalam arti, sedikit kurang cocok atau belum terbiasa, atau mungkin karena kebanyakan makan soto ayam dan daging? I really don’t know. 

Daripada penasaran mending nyobain sendiri saja. Waktu itu, kebetulan penulis makan soto menthok di Warung Al-Ga, di Jl. RE Martadinata, No. 26, Yogyakarta. Di kota Bakpia ini Anda bisa dengan mudah mendapati warung atau rumah makan yang menyediakan olahan daging menthok. Harganya cukup murah Rp10.000 per porsi, sudah termasuk nasi. Teh panasnya hanya Rp2.000. 
Warung Soto Menthok. (Foto: Geraklangkahkaki)
Enggak harus ke Jogja juga, kalau di daerah sekitar Anda juga ada. Tapi, kalau maunya makan sambil jalan-jalan, itu mah makin oke. Apalagi sama keluarga, teman, atau istri dan suami masing. Jangan sama pacar. Enggak boleh! Nikah dulu. Anak orang kok dibawa ke mana-mana. Sudah dulu ya. Jumpa lagi di lain cerita. Sukses untuk semua.


Comments

Popular Posts

Kum-kum Sinden, Ritual Wisuda Para Pesinden

New Star Cineplex, Bioskop Baru Idola Warga Jombang

Semangkuk Ketan Durian di Kaki Gunung Anjasmoro

Menyantap Gurihnya Ikan Asap di Atas Hamparan Pasir Putih

Daftar 34 Dinas Pariwisata Provinsi se-Indonesia, Beserta Alamat, No. Tlp, Email, dan Website-nya

Berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

Wedang Ronde dan Ayam Betutu di Malioboro

Barang-barang yang Harus Dibawa Saat Berlibur

237 Embassies and Consulates In Indonesia, Traveller Must Know

SEGARNYA DAWET IRENG MAS FACHRI