Klenteng Agung Sam Poo Kong |
Pada
tahun 1416, Wang Jing Hong, salah satu awak kapal laksamana, mendadak sakit
keras saat armada berlayar melewati laut Jawa. Zheng He lantas memerintahkan
buang sauh di pantai Simongan. Desa Mangkang di Semarang Barat diperkirakan
jadi tempat untuk memperbaiki armada kapal Zheng He. Mangkang konon berasal
dari dialek Hokkian “Wakang” yang berarti perahu besar.
Akulturasi
kebudayaan Tiongkok dan Jawa, sangat kental terlihat pada arsitektur bangunan
Klenteng Sam Poo Kong. Terdapat beberapa bangunan dan tempat pemujaan di
Klenteng Sam Poo Kong. Masing-masing memiliki arti tersendiri.
Bagi
Anda yang belum pernah mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong di Kota Semarang, Jawa
Tengah, tulisan berikut semoga bisa mewakili rasa penasaran Anda tentang
bangunan yang jadi salah satu daya tarik wisata di Kota Lumpia dan pesona Jawa
Tengah. Karena kebetulan, beberapa waktu lalu pemilik blog, diberi kesempatan
berkunjung ke kota dengan semboyan ATLAS (Aman, Tertib, Lancar, Asri dan
Sehat).
Apa
sajakah yang ada di kompleks klenteng Sam Poo Kong, atau yang dikenal juga
dengan Gedung Batu, berikut di antaranya:
1. Tempat
Pemujaan Klenteng Besar
Tempat ini merupakan pusat dari seluruh kegiatan di dalam kompleks
klenteng Sam Poo Kong. Di tempat ini juga dibangun sebuah Goa Sam Poo baru yang
di dalamnya terdapat patung Sam Poo Tay Djien bersama dua pengawalnya: Laum Im
dan Thio Kee, yang juga dihormati atas jasa-jasanya.
Di bawah klenteng utama ini terdapat Gua Sam Poo lama yang masih
dijaga dan dilestarikan hingga sekarang. Di dalam goa terdapat sumber air yang
tidak pernah kering meski terjadi kemarau panjang. Para umat yang datang ke
sini, selain bersembahyang, juga mengambil air dari sumber tersebut. Air
dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
2. Tempat
Pemujaan Dewa Bumi (Tho Tee Kong)
Tempat pemujaan ini biasanya digunakan untuk mengucapkan terima
kasih dan bersyukur kepada Dewa Bumi, atas tanah yang subur, panen melimpah,
dan kekayaan alam yang beraneka ragam.
3. Tempat
Pemujaan Kyai Juru Mudi
Wang Jing Hong adalah juru mudi dalam pelayaran armada Zheng He.
Wang Jing Hong, mendadak sakit keras dan tidak bisa melanjutkan perjalanan saat
tiba di pantai utara Jawa. Wang Jing Hong akhirnya meninggal di usianya yang
ke-87, dan dimakamkan di samping Gua Sam Poo Kong. Untuk menghormati Wang Jing
Hong, Laksamana Zheng He, mendirikan patung di gua tadi. Makam ini kemudian
dikenal dengan sebutan makam: Kyai Juru Mudi.
4. Tempat
Pemujaan Mbah Kyai Jangkar
Jangkar besar yang ada di tempat pemujaan ini merupakan lambang yang
mewakili kapal-kapal armada Laksamana Zheng He, dan digunakan sebagai alat
konsentrasi dalam sembahyang atau semedi.
5. Pohon Rantai
Di dalam klenteng juga terdapat pohon unik yang batangnya
menyerupai rantai atau kepang rambut. Konon, menurut cerita, batang pohon yang
berbentuk rantai ini digunakan sebagai tambang kapal jika dalam keadaan darurat.
Batang pohon mirip rantai yang menjuntai dan melilit-lilit ini dapat dilihat di
tempat pemujaan Mbah Kyai Jangkar.
6. Gambar Relief
Di dalam bangunan klenteng juga terdapat relief-relief yang
terdiri dari 10 diorama yang saling terhubung. Relief menceritakan tentang
perjalanan Laksamana Zheng He, dalam tiga bahasa: Indonesia, Mandarin, dan
Inggris.
Di
area klenteng juga dilengkapi dengan gazebo, panggung, kios, penginapan,
musala, toilet, dan tempat parkir luas bagi kendaraan para pengunjung. Satu
lagi, ada juga patung Laksamana Zheng He ukuran besar yang diresmikan pada Juli
2011 oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu, Bibit Waluyo.
Bagi
Anda yang berniat ke sini, Klenteng Sam Poo Kong berada di sebelah barat daya
kota Semarang, daerah Simongan, Jl. Simongan 129 Semarang. Warnanya merah
mencolok, dengan tulisan ‘SAM POO KONG’ ukuran besar berwarna putih di depan
bangunannya. Lokasinya strategis dan mudah dikenali. Harga tiket masuknya untuk
umum 5 ribu rupiah per orang.
Jaraknya
kurang lebih 5 kilometer dari Stasiun Poncol yang berada di Jl. Imam Bonjol.
Ini jika Anda ke Semarang menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Poncol. Namun,
jika turun dari Stasiun Semarang Tawang jaraknya sekira 6 kilometer. Sementara,
dari terminal bus Banyumanik, jaraknya hampir 13 kilometer. Sedangkan dari
bandara Ahmad Yani, jaraknya kurang lebih 5 kilometer.
Banyak
pilihan transportasi menuju ke klenteng. Taksi, bus, ojek, atau becak. Jika
Anda turun di antara dua stasiun di Semarang, dan ingin santai menikmati
semilir angin ibu kota provinsi Jawa Tengah, Anda bisa menumpang becak.
Tarifnya biasanya bergantung kesepakatan tawar menawar dengan si abang becak.
Kalau saya pribadi memilih ojek aplikasi, atau taksi aplikasi jika pergi dengan
beberapa orang. Jika memiliki saudara atau kenalan, mungkin Anda bisa dijemput
dan diantar. Jika ini yang terjadi, Anda beruntung sekali. Tapi, silakan tentukan
sendiri transportasi yang akan digunakan.
Jangan
lupa sediakan kartu memori telepon pintar ukuran besar, karena banyak hal menarik
yang bisa diabadikan, termasuk di antaranya foto diri Anda dengan latar
belakang bangunan atau tempat pemujaan di Klenteng Sam Poo Kong. Di sini Anda
seolah bukan berada di Semarang, namun laksana di Tiongkok.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah).
Comments
Post a Comment