Menyantap Gurihnya Ikan Asap di Atas Hamparan Pasir Putih

Pasir Putih Pantai Karanggongso


Kepulan asap putih yang mengarah ke wajahnya tidak ia hiraukan. Tangan kanannya terus bergerak ke kiri dan kanan mengipasi ikan yang baru saja diletakkan di atas panggangan. Tangan kirinya tak kalah sibuk membenahi posisi ikan, atau membolak-baliknya untuk memastikan tingkat kematangannya. Aroma khas ikan asap menyeruak di dalam warung, sebagian lagi terbawa angin hingga tercium hidung pengunjung pantai yang lalu-lalang.


Sudah lima tahun lebih perempuan berambut pendek ini menjalani profesi sebagai pedagang ikan asap di tepi pantai pasir putih Trenggalek, Jawa Timur. Lapaknya tak begitu luas, hanya sekira 3 x 3 meter, tanpa sekat, dan beratapkan seng yang permukaannya sudah menghitam terkena serbuan asap bakaran ikan.


Bu Suyati, Pedagang Ikan Asap

Namanya Ibu Suyati. Di pagi menjelang siang itu, ia sibuk beraktivitas di warung ikan asapnya. Sesekali Bu Suyati menawarkan dagangannya sembari bersuara sedikit keras. “Ikan asapnya, Pak, Bu. Monggo,” serunya, yang akan diulanginya kembali setelah jeda beberapa menit.

Baca juga:Semangkuk Ketan Durian di Kaki Gunung Anjasmoro

Ikan asap yang dijual beraneka, antara lain salem, kakap, tengiri, kerapu dan tuna. Ada juga cumi-cumi. Semuanya dimasak dengan cara pengasapan. Kayu yang digunakan sebagai bahan bakar bukan sembarang kayu, melainkan kayu pohon Pucung. Menurut Bu Suyati, bara yang dihasilkan dari kayu Pucung membuat aroma ikan lebih sedap, dan tidak gosong. Berbeda jika menggunakan kayu jati sebagai bahan bakar.


Ikan-ikan yang diasap diperoleh Bu Suyati, langsung dari nelayan yang ada di Trenggalek. Biasanya, saat nelayan tiba sepulang dari melaut, mereka menghubungi para pedagang ikan asap. Para pedagang pun langsung menyambut mereka, dan bertransaksi langsung dengan nelayan di tepi pantai. Harga ikannya pun bervariasi, bergantung musim dan jenis ikan yang ditangkap nelayan.


Ikan Asap Dagangan Bu Suyati

Menjelang siang, Pak Subadi, suami Bu Suyati datang ke warung usai membeli ikan dari nelayan. Ikan-ikan segar itu dibekukan oleh nelayan dalam kondisi hidup usai ditangkap, untuk menjaga kesegaran, dan agar lebih tahan lama. Makanan berprotein tinggi itu dimasukkan dalam box berbahan gabus. Hari itu, pria kelahiran tahun 1966 silam itu membawa dua box yang berisi cumi-cumi, salem, dan tuna.


Ia lantas mencucinya di dalam warung dengan air yang telah disiapkan. Seluruh perut ikan dikeluarkan, diguyur dengan air, kemudian dijepit dengan batang bambu yang ujungnya diikat dengan kawat untuk menjaga ikan agar tidak lepas saat diasap. Sebelum diasap, Pak Subadi menyayat beberapa bagian tubuh ikan. Ini dilakukan agar tingkat kematangan ikan merata sempurna hingga ke bagian daging ikan. Kegiatan inilah yang setiap hari dilakukan pasangan suami istri ini selama beberapa tahun.


Pak Subadi sedang membersihkan ikan


Di awal pekan, tak banyak pedagang ikan asap yang berjualan, karena memang bukan hari libur. Kurang lebih 4 – 5 pedagang yang berjualan. Berbeda dengan hari libur. Di mana seluruh pedagang dipastikan akan menjual dagangannya. “Ada 19 anggota kelompok pedagang ikan asap di sini. Banyak yang libur karena biasanya sepi pengunjung saat bukan musim liburan,” terang pria asli Trenggalek tersebut, sambil tangannya cekatan membersihkan ikan-ikan yang baru dibelinya.


Lapak-lapak pedagang ikan asap

Jika bukan pada saat hari libur, Bu Suyati bisa menjual 15 – 20 kilogram ikan sehari. Namun, saat musim liburan bisa mencapai 70 – 100 kilogram ikan. Harganya bervariasi, bergantung ukuran dan jenis. Ikan tuna dengan panjang 30 sentimeter, dan lebar kurang lebih 6 – 7 sentimeter dihargai Rp15 ribu. Sementara yang lebih kecil dari itu Rp5 – Rp10 ribu. Itupun masih bisa ditawar, jika Anda jago dalam tawar-menawar. Yang penting pedagang senang, pembeli kenyang. Perempuan yang memiliki dua orang cucu tersebut berjualan ikan asap mulai pukul 09.30 – 17.00 WIB.


Ikan Tuna Asap

Ikan asap yang dibeli disajikan dengan cocolan sambal kecap yang dicampuri irisan bawang merah, cabai, dan perasan air jeruk nipis. Pengunjung biasanya menyantap ikan ini di bawah rindangnya pohon kelapa, sejuknya angin pantai, dan di atas tikar yang menghampar di atas pasir putih nan bersih. Surga! Sebagian lainnya biasanya membeli untuk buah tangan keluarga, teman, atau kerabat yang ada di rumah.

Baca juga: Benarkan Candi Gentong Berbentuk Seperti Gentong?

Jika hendak ke pantai pasir putih Karanggongso, paling enak saat bukan musim liburan. Karena,  saat itu suasana pantai cenderung sepi pengunjung, lebih tenang, dan nyaman. Anda pun bebas beraktivitas dengan keluarga atau teman di tepi pantai. Yang utama, tetap perhatikan keselamatan dan patuhi aturan.


Aktivitas Pengunjung Pantai Karanggongso

Pantai Karanggongso, yang berada di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, adalah salah satu tujuan wisata favorit di Jawa Timur. Pantai yang terkenal dengan pasir putihnya ini, merupakan satu dari sepuluh pantai eksotis yang ada di Kabupaten Trenggalek. Letaknya berada di balik perbukitan. Sekira 3 kilometer ke arah timur dari Pantai Prigi. Garis pantai Karanggongso kurang lebih sepanjang 1 kilometer, dengan ombak yang tenang dan air laut yang biru dan jernih. Keindahan alamnya membuat pantai ini tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Fasilitas di sekitar pantai pun lengkap, mulai warung, restoran, hingga penginapan.


Perahu wisata bersandar di tepi pantai

Jika ke sana, jangan lupa makan ikan asap dan minum air kelapa hijau di bawah rindangnya pohon kelapa. Jangan tinggalkan sampah, dan jaga kebersihan pantai agar tetap terjaga. Wonderful Indonesia!


Baca juga: Dalgona Coffee Viral, Nyari Nescafe Classic 2 Hari Enggak Dapat







Comments

Post a Comment

Popular Posts

Daftar 34 Dinas Pariwisata Provinsi se-Indonesia, Beserta Alamat, No. Tlp, Email, dan Website-nya

Jangan Dibuang, Ubah Botol Bekas Air Mineralmu Jadi Kursi Lantai

New Star Cineplex, Bioskop Baru Idola Warga Jombang

Ada Apa Saja di Klenteng Sam Poo Kong?

Menanti Payung Terbuka di Masjid Agung Jawa Tengah

Kue Apem 500 Rupiah Buatan Nenek Suratini

Mengagumi Lawang Sewu, Bangunan Cagar Budaya Nasional

Wedang Ronde dan Ayam Betutu di Malioboro

Barang-barang yang Harus Dibawa Saat Berlibur